Send As SMS
Send As SMS

Wednesday, May 10, 2006

Tubuh Rambo Hati Rinto


Eit…jangan mesem gitu dong….he..he.. paling tidak kita semua tau kan siapa Rambo?? Iya..itu lho si Prajurit yang gagah perkasa, yang tak NATO alias ’no action talk only’, yang ksatria, pemberani berotot besi, berurat kawat dan bertulang baja, yang diperankan oleh Silver Stallone...(wah itu sih film favorite ummi, setidaknya cerita heroiknya). Nah...itu dia..orang macam gitu lah yang dimaksud dalam tulisan ini tubuhnya bagai Rambo.

Namun,.......lain Rambo Silver Stallone lain juga Rambo yang berhati Rinto. Kamu tahu kan Rinto Hararap (..kayaknya kurang begitu kenal ya..ini penyanyi dan pencipta lagu kawakan Indonesia) beliau itu pencipta lagu-lagu yang notabene berlirik cengeng, memelas, mengeluh dan melankolis gitu lah…

So…bertubuh Rambo dan berhati Rinto adalah bukan arti yang sebenarnya, tubuh Bung Rinto Harahap sendiri tinggi besar, yang saya maksud adalah lagunya itu, …jadi bertubuh Rambo dan berhati Rinto macam orang-orang berperawakan besar dan kekar tapi sangat cengeng ketika menghadapi masalah.

Saya sering bertanya-tanya dalam hati setiap berhadapan dengan orang-orang seperti demikian, apa yang salah dengan mereka?, pendidikan macam apa yang pernah mereka rasakan dari orang tua atau gurunya? Dan terapi apa yang tepat agar mereka bisa cukup tegar mengarungi hidupnya, mampu memberi manfaat bagi dirinya dan juga orang lain. Dari renungan-renungan itu, bisa kita tarik garis merahnya mereka tidak memiliki sikap ’fighting spirite’, struggle of life nya rendah.

Manusia tidak bisa hidup hanya dengan mengandalkan IQ yang tinggi tapi juga skill-skill lainnya yang kadang-kadang luput dari kurikulum pendidikan kita, atau guru yang lupa mengajarkan/ menanamkannya atau bahkan orang tua tidak menyadari betapa pentingnya menanamkan sikap dan membentuk kepribadian militan, padahal memasuki arus global fighting spirite skill itu sangat mutlak diperlukan agar mereka bisa kompetitif selalu berusaha untuk terus belajar,belajar meraih apa yang dicita-citakan, tidak mudah patah arang dalam mengejar cita-cita dan melaksanakan tugas hidupnya.

Coba kita bayangkan seperti apa dunia kita ini di 20 tahun mendatang?? Tentunya teknologi semakin canggih bergerak cepat seperti cahaya, ilmu pengetahuan semakin berkembang, orang-orang pun terus melakukan pengembangan dan peningkatan diri. Bagaimana dengan nasib kita, mukmin di masa yang akan datang? Akankah kita menjadi pecundang dan penonton atas semua kemajuan yang ada? Atau mau menjadi pelaku sejarah untuk mengubah dunia ini sesuai dengan kehendakNya?.

Jelas sudah tidak ada lagi tempat bagi mereka yang malas, yang kerjanya hanya melamun meratapi nasib, memelas minta dikasihani dan mengeluh setiap kali musibah datang menghampiri.

Tugas Hidup Manusia

Kalau kita ingat-ingat lagi tugas kita sebagai manusia yakni
- sebagai abid (hamba) QS. Adzari’at : 56
- sebagai khalifah QS. Al Baqarah : 30

Abid (Hamba)

Mari kita renungkan tugas manusia sebagai abid adalah Mengabdi berasal dari dari kata abadan, abdi artinya menyerahkan secara totalitas semua yang kita miliki kepada Allah termasuk factor subyektif yang dimiliki aku kepada Allah. Posisi abid adalah posisi yang teramat hina, kalau dianalogikan (namun Allah tidak bisa dianalogikan) maksudnya posisi abid adalah hamba sahaya pada jaman Rasulullah adalah posisi yang tak punya kuasa sedikitpun sekalipun hak untuk hidup. Jika seorang majikan menginginkan hamba sahayanya pergi atau mati maka dibunuhnya lah ia, artinya posisi abid tak punya hak untuk bertanya, berpendapat, membantah , meminta, memohon termasuk hak untuk hidup sekalipun. Semuanya bergantung kepada si pemilik hamba sahaya tersebut. Begitu pun diri kita di hadapan Allah, kita tidak punya hak apapun yang ada hanyalah kewajiban untuk tunduk dan taat kepadaNya.

Khalifah

Kholifah adalah pemimpin, kholifah fil ard adalah pemimpin di muka bumi. Setiap diri adalah pimpinan untuk dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Posisi kholifah sangat bertolak belakang dengan posisi hamba namun paradok ini adalah suatu tatalitas jati diri mukmin. Disamping sebagai hamba di hadapan Allah juga sekaligus sebagai pimpinan di muka bumi, di hadapan mahluk dan pemimpin sebagai kepanjangtanganan dari posisi Allah sebagai raja.Pemimpin untuk dirinya sendiri, ia bertanggung jawab atas amanah tubuh dan jiwanya untuk mengabdu hanya kepada Allah. Pemimpin dalam keluarga ia bertanggung jawab memimpin, mendidik, membimbing, menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Sedangkan pemimpin bagi seluruh alam adalah ia bertanggung jawab atas amanah sumber daya alam dan manusia dan apapun yang Allah beri kepada seluruh manusia untuk digunakan dimanfaatkan dan diatur sesuai dengan keinginan sang maha mencipta sehingga menjadi rahmatan lil alamin: (QS Al Anbiyaa : 107)Ciri-ciri kholifah :a. Hamba Allah yang sholehb. Beriman dan beramal sholeh dengan fastabikul bil khoirot

tugas yang segitu berat?????????, perlu sikap mental yang tangguh, kuat, tahan guncangan, kompetitif alias fastabikul bil khoirot (berlomba dalam kebaikan), sportif, memiliki daya lenting yang tinggi dan tidak pernah berputus asa akan rahmat Allah SWT. Bukan mental yang cengeng, banyak mengeluh, berkeluh kesah, selalu menyalahkan keadaan dan mudah menyerah. Bayangkan saja moso iya seorang pemimpin bermental cengeng? (bisa kali ye..kalau ia menjadi pemimpin negeri liliput, dan kurcaci banci he..he..)

Fighting Spirite

Siapapun dia, dimana pun tinggal maka untuk menjadi survive manusia harus memiliki fighting spirite . Indikator sikap fighting spirite tertuang dalam, QS. Al baqarah : 148, QS. Al Ma’idah : 48, QS. Al Hadiid : 21. Yakni :

Memiliki tujuan dan orientasi hidup yang jelas

  1. Fastabikul khoerot
  2. Memiliki mental kompetitif dalam meraih prestasi iman, ilmu dan amal sholeh
  3. Bersabar
    Bersabar adalah tidak berputus asa dalam mengharap ridho Allah.

Setelah menulis tulisan ini, jadi malu pada diri sendiri, saat diri banyak mengeluh, merasa tidak siap menghadapi resiko sebagai pengemban amanah Nabi.
Ya Allah berilah hamba kekuatan iman, mental dan fisik dalam mengemban amanah ini.