Send As SMS
Send As SMS

Friday, October 21, 2005

Benarkah Wanita Karir Tidak Bisa Exist di Rumah ????????


Empat tahun yang lalu dalam sebuah diskusi panel di sebuah DKM salah satu perguruan tinggi swasta, saat itu aku berbicara dengan lantang mengutuk wanita karir yang lupa pada jati dirinya sebagai ‘wanita’ karena tidak sesuai dengan syariat Islam, meninggalkan suami, anak pergi sampai larut malam , pergi ke luar kota, ke luar negeri sendiri tanpa suami., lupa mengurus anak, tidak pernah memasak untuk keluarga apalgi membantu anak belajar.

Aku memberi alternative kepada audiens, jenis pekerjaan yang sesuai dengan fitrah wanita yaitu jadi guru, perawat dan dokter. Saat itu ada salah satu audiens yang mengatakan bahwa Khodijah pun seorang pengusaha (konglomerat) “Tidakkakh itu pun tidak sesuai fitrah?”. Akhirnya diskusi itu berakhir pada sebuah kesimpulan bahwa pekerjaan apa pun dapat dilakukan wanita selama keahlian/ keterampilan wanita tersebut diperlukan oleh masyarakat dengan memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut :

- tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai ibu dan isteri
- mendapat izin dan restu suami
- menjaga hijab ketika di luar rumah

Di dalam masyarakat Islam jika ada wanita yang diharuskan bekerja di luar rumah karena memang keahlian dan keterampilannya diperlukan oleh masyarakat Islam maka harus ada jaminan bahwa beban dan amanah yang ia tinggalkan di rumah dapat diatasi oleh saudara mukmin lainnya..Jika wanita tersebut memiliki anak yang harus diasuh maka pengasuhan anak oleh wanita lain yang sama-sama mukmin (sebagai baby sitter) mutlak diperlukan selama ibunya bekerja.

Mentertawakan Diri

Hampir 10 bulan semua yang kukatakan tentang ‘image wanita karir’sangat terasa, ‘aku banget’ ternyata memang betapa sulit memanage waktu di rumah, kantor dan masyarakat. Seorang kawan yang kuanggap seperti kakakku sendiri bertanya padaku tentang harga barang pasca kenaikan BBM, kujawab
“ aku tidak tau harga barang-barang poko sekarang karena aku tak pernah belajan dan juga tak pernah masak
Ia bilang :
“ MasyaAllah bener-bener ‘wanita karir’, bagaimana kita tau kalo harga2nya udah bener tidak salah hitung, bukankah dalam mu’amalah harus ada ijab qobul dan ricek harga?”

Aku terperanjat , benar yang dikatakannya hal kecil seperti itu pun luput dari perhatianku. Selama ini suamiku yang selalu belanja kebutuhan rutin bulanan. Kutanyakan padanya apa ia merasa didholimi dengan melakukan semua itu, diluar dugaan jawaban suamiku

“Demi Allah aku senang melakukannya, mungkin baru segini yang bisa aku lakukan untuk membantu pekerjaan rumah, agar kau tenang bekerja aku mendukungmu sepenuhnya kau bekerja adalah bagian dari jihadmu padaNya dan aku melakukan ini pun bagian jihadku padaNya”
Oh my God….Ya Allah kukatakan padanya “ I luv u so much my hus, tq for all”. Ada sebuah peribahasa dibalik wanita sukses ada suami yang hebat (he…he…salah ya kebalik)

Beruntunglah aku jika sebagai pekerja mendapatkan daya dukung dari rumah, hingga ingin kubuktikan kalau sebagai wanita karir bukan hambatan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik dan aktivis masyarakat, kata kunci masalahnya terletak pada “manajemen diri”

Bukan tidak mungkin orang sepertiku akan mampu berprestasi dengan multi peran, kalau manajemen diri kita sudah benar. Aku sangat yakin bukan berita salah, kalau Rasulullah pun berprestasi sebagai hamba dengan multi peran juga dengan waktu yang sama yang diberikan Allah seperti yang kita miliki : 24 jam sehari, tapi mengapa dalam 24 jam rasulullah mampu melakukan banyak hal dari mulai mengurus ummat, negara, tetangga, para isterinya, hingga seorang anak kecil pun, bahkan semut pun tak luput dari perhatiannya. Bandingkan dengan kita, 24 jam sehari tak menghasilkan apa2 untuk agama, bangsa dan negara bahkan untuk dirinya sendiri pun tak ada yang bisa ia lakukan sedikitpun.

Oke…jangan Rasulullah lah perbandingannya, terlalu tinggi kita mengukur dan akan membuat kita mentoleransi diri dengan ”itu kan Rasulullah yang dibimbing wahyu”. Anggap saja lah si Fulan temanku seorang pimpinan di organisasi Islam, pekerja full time juga, aktifis LSM, da’i, guru, juga seabreg aktifitas yang bersifat temporer tapi ia masih sempet melakukan ibadah-ibadah sunnah bahkan dalam 3 tahun terakhir hafidz Qur’an hingga 8 juz luar biasa kan……….?? Yang tak kalah berhasilnya ia seorang kepala rumah tangga yang bisa dibilang sukses, tak pernah satu janji pun yang ia langgar, sekalipun jauh jarak yang harus ditempuh, jika ia sudah berjanji untuk datang maka ia akan memenuhinya walaupun dalam kondisi sakit.

Dalam sebuah literature aku sempat membaca bahwa manusia selevel Einstein baru menggunakan 4 % dari kapasitas otaknya luar biasa kan ?? itu artinya kita masih terus mampu meningkatkan diri, mengembangkan kapasitas otak kita, berprestasi menjadi hamba Allah., sehingga (dengan bahasaku) menjadi pribadi yang sempurna dengan ruhani yang mampu menggedor pintu langit , mengusik malaikat untuk memberi salam padanya dan menjadikan syetan menjauh darinya.

Dalam Islam tak ada perbedaan jender jika ingin berprestasi di hadapan Allah, Allah memberi kita (para wanita) peluang sama seperti yang dimiliki kaum laki-laki untuk mendapatkan ridhonya, syurganya seperti yang Allah katakana dalam QS. An Nisaa : 124
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun".

Maka jangan katakan “aku tak punya cukup waktu untuk memperhatikan keluargaku” karena Allah telah memberi kita banyak potensi tinggal kita memanfaatkan dan mengeksploitasinya secara maksimal.

Langkah awal mulai memanage diri

Buatlah agenda aktifitas harian
Misalnya :
03.30 – 04.00 : sholat lail
04.00 – 06.00

  • sholat shubuh
  • membaca Qur’an
  • menyiapkan sarapan (jika tak punya pembantu)
  • beberes rumah (jika tak punya pembantu)
  • mengecek kesiapan sekolah anak (cek seragam, sepatu dan hal2 yang musti dibawa, bangunkan anak suruh sholat dan mandi)

06.00 – 06.30 :

  • sholat dhuha
  • mempersiapkan diri pergi ke kantor

06.30 – 08.00 :

Perjalanan menuju kantor (jangan lupa membawa bacaan ringan agar tdk terjebak lamunan yg terkategori zero activity (awas hanya untuk yg tdk mengendarai kendaraan sendiri...)
bagi yang berkendaraan sendiri dengarlah berita di radio

08.00 – 12.00:

Bekerja sesuai agenda, disela-sela waktu kosong ngobrollah hal yang bermanfaat dengan teman untuk silaturrahiim (n agar tdk kuper)
Disela2 waktu teleponlah sekolah bicaralah dengan anak dan wali kelas tentang kondisi sekolah hari ini (lakukan seminggu 2 x


12.00 – 13.00 :
Sholat dhuhur ,makan siang (kalo tdk sedang shaum), browsing, searching info dan chatting di internet untuk pencerahan dan agar tdk suntuk


13.00 – 15.00 Bekerja kembali sesuai agenda


15.00 – 16.00 Sholat Ashar
16.00 – 17.30

Perjalanan pulang isi waktu dengan bacaan ringan atau tidur di angkot (awas hanya untuk yg tdk mengendarai kendaraan sendiri...)

17.30 – 18.00

sapalah anak2 dan pengasuh tanyakan kondisi dirinya dan kondisi rumah hari ini
mandi dan makan

18.00 – 20.00

  • sholat maghrib berjama’ah
  • bimbing anak membaca Al Qur’an (agar efektif anakyg besar ajarin anak yg kecil, kita bimbing anak yg besar
  • cek PR anak2, membimbing belajar anak
  • sholat Isya berjamaah

20.00 – 21.30

  • mengajak tidur anak2 bacakan dongeng (untuk membantu perkembangannya dan mendekatkan kita dg anak)
  • membuat agenda yg akan dikerjakan di kantor esok hari
  • bicaralah dengan suami tentang apa saja yg kita rasakan, kejadian di kantor
  • dengarkan juga apa yang disampaikan suami keluhan atau apa saja (berilah komentar positif yg konstruktif, ini penting untuk membangun komunikasi dan memupuk cinta)


21.30 – 03.30:

  • Istirahat (tidur)

Khusus Sabtu

Lakukan seperti di atas
08.00 – 14.00

  • Pergi ke LSM atau keg.sosial lainnya (kalo aku seb. WKS aku ke sekolah) mengerjakan agenda yang telah disusun malam tadi, kalo perlu bawa anak2 untuk mengenalkan dunia ibunya
  • Pulang dan lakukan aktifitas keluarga dengan suami dan anak2
    Selanjutnya sama seperti diatas

Khusus Ahad

Lakukan seperti di atas
08.00 – 14.00

  • Pergi ke majelis ta’lim, bawa anak2 (kenalkan ajaran Allah)
  • Selanjutnya sama seperti diatas
  • istirahat bagi seorang mukmin adalah menikmati aktifitas itu sendiri dan pada saat tidur
  • Sesekali lakukan refreshing ke gunung atau tempat rekreasi dg keluar


Tetap konsisten dengan program tapi fleksibel
Patuhilah apa yang sudah kita azamkan walaupun tidak perlu kaku, sesuaikan dengan situasi dan kondisi

  • Lakukan evaluasi diri
  • Melakukan evaluasi diri setiap akhir sholat lail
  • Perbaiki bagian yang kurang
  • Memperbaiki program atau sikap yang salah agar tidak terulang pada hari berikutnya
  • Hindari kesalahan yang sama pada kesempatan yang sama
  • Merugilah orang yang selalu terperosok pada lubang yang sama

Akhirnya kusampaikan sebuah kalimat dari seorang teman lama

"Jika kita memiliki kesempatan utk menjadi seseorang yg LUAR BIASA , Kenapa kita memilih utk menjadi biasa-biasa saja? Bukankah hidup ini hanya sekali saja? Pastikan diri kita BERGUNA utk orang banyak."

Akhwat teruslah berkarya untuk Allah,jadilah wanita karir yang sukses di rumah, kantor dan masyarakat

Salam takdim,
Dengan gembira, with love
Rina Mutaqinah TaufikThx you’re my spirite,my hus…

Monday, October 10, 2005

Grafiti Yang Menggelikan

Aku tidak tahu keadaan di beberapa negara yang mayoritas Islam apakah sama dengan di Indonesia atau tidak?. Di saat menjelang lebaran alias hari raya iedul fitri 1 syawal tahun hijriyah ada suatu kebiasaan yang bisa dikatakan sudah menjadi budaya khas muslim di Indoneasia yakni pulang kampung (baca:mudik ke kampung halaman ). Orang yang tinggal di Jakarta mudik ke Semarang, Tegal,Surabaya, Padang, Palangkaraya, Papua dan semua kota di seantero Indonesia begitupun orang yang tinggal di Surabaya pulang ke lampung, Jambi, dan kota lainnya. Bisa dibayangkan betapa semrautnya arus mudik tersebut dari timur menuju barat, dari selatan menuju utara, dari utara menuju barat, dari timur menuju selatan. Yang sangat repot tentunya yang mengatur lalu lintas yaitu Pak Polisi (dan ....orang yang tidak kebagian tiket kendaraan he…he…).

Semua kerepotan yang disengaja ini memang dinikmati oleh semua muslim di Indonesia walaupun harus desak-desakan mengantri tiket kereta atau berebut bis antar kota, hati mereka senang karena sudah terbayang di pelupuk mata betapa nikmatnya berkumpul dengan sanak keluarga yang lama ditinggal atau betapa leganya melepas kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman dan orang-orang yang dicinta.

Selain alasan di atas tentunya ada juga alasan lain yang tersembunyi yang mendorong orang untuk pulang mudik yaitu keinginan yang besar untuk unjuk kemampuan, unjuk penampilan atau menunjukkan glamoritas kehidupan kota dengan gaya hidup yang ...wah....sehingga terbayang di benak orang-orang kampung betapa enaknya hidup di kota tinggal di rumah mewah seperti yang biasa mereka lihat di sinetron dan telenovela.

Lepas dari semua alasan di atas mudik menjelang iedul fitri memang menjadi pilihan yang tepat untuk saling bertemu, bersilaturahiim saling membebaskan dosa dan kekhilafan baik pada orang tua atau kerabat. Begitupun aku, aku pulang menemui orang tua (mertua tepatnya) dan sanak famili yang berbeda kota untuk bersilaturahiim dengan mereka, sungkeman dengan orang tua. Ada kebiasaan baik di rumah keluarga suamiku, mungkin juga di keluarga lainnya, jika datang saatnya sungkeman, dari anak yang paling tua sampai paling muda, menantu, cucu dan cicit berderet berurutan (anak mertuaku 12 orang semuanya sudah berkeluarga...kebayang kan betapa banyaknya...)sungkeman pada orang tua dan orang yang lebih tua. Saat itu selalu menimbulkan haru dan sedih.

Yang paling mengesalkan dan membuat cape saat mudik adalah pada saat harus ngantri di jalanan terjebak kemacetan lalu lintas, walaupun semua kemacetan ini memang sudah biasa dan mafhum serta terprediksi sebelumnya tapi rasa kesal dan cape tetap saja ada.

Saat itu di hari ke 3 syawal aku dan keluargaku pulang, jalanan agak macet tapi masih dapat ditolerir, kunikmati perjalanan tersebut. 20 Km sudah kami lewati jalan, mobil pun mulai bertambah membuat jalanan menjadi padat. Laju kendaraan selalu di angka 20 km/jam. Keringat pun mulai bercucuran udara mulai panas dan karbon monoksida dari beribu kendaraan memenuhi udara yang kuhirup, penat, kesal menjalari perasaanku. Anak-anak kecil berlarian di tengah panasnya udara dengan ganjal mobil yang terbuat dari kayu di tangannya, mereka menawarkan jasa sewa ganjal kayu untuk mobil di kala macet di bidang yang menanjak.

Saat di persimpangan tiga (baca: jalan cagak) tepatnya di daerah Nagrek dari sebelah kiriku muncul sebuah truk yang biasa digunakan mengangkut pasir syarat dengan penumpang mendahului kami, mataku terfokus pada sesuatu, aku tersenyum dikulum tertawa tak jadi memperhatikan sebuah grafiti di belakang bak truk tersebut, sebuah gambar seorang wanita menor dengan tulisan ”kutunggu jandamu...” (hi...hi....gambarnya masyaAllah).

Garfiti model demikian nampaknya sudah sangat lekat dengan sopir-sopir truk, bagiku hal tersebut menunjukkan siapa ’si pemilik’ truk. Aku ingat sering juga melihat gambar dan tulisan seronok di setiap truk yang kutemui di jalanan. Ada gambar dengan tulisan ”kalau cinta ditolak, dukun bertindak”, ada juga ”sabar menanti...” yang semuanya dibarengi gambar perempuan yang (maaf.....) menjijikkan.

Beberapa waktu yang silam aku pernah terlibat pembicaraan dengan salah satu teman bahwa ada sebuah fenomena yang khas dari grafiti di bak-bak truk tersebut, menurutnya walaupun semua grafiti tersebut nampak sejenis dan bertema sama namun bagi komunitas sopir truk hal itu dapat dibedakan berdasarkan tema-tema yang diambil yang menjadi sebuah tanda atau kekhasan tertentu bagi trayek/jalur-jalur truk, misalnya untuk truk jalur pantura maka grafiti biasanya bertema perempuan kesepian, untuk jalur timur maka tema grafiti seputar pemuda patah hati.

Semuanya itu membuat pikiranku berputar, rasa penat, kesal di jalanan terlupakan karena otakku sibuk memikirkan komunitas sopir truk dengan grafiti yang khas dan aneh.

Tak lama tanpa kusadari aku sudah hampir sampai di jalan menuju rumahku kuucapkan ”Alhamdulillah.........” Ternyata di dunia ini banyak sekali komunitas yang terbentuk berdasarkan kepentingan yang sama untuk menggapai tujuan yang sama yang luput dari perhatian.




Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik