Send As SMS
Send As SMS

Monday, October 23, 2006

Menjelang 1 Syawal 1427 H

Dunia memang tak pernah ingkar menandakan ketuaan Tapi manusia banyak ingkar memungkiri ketuaannyaSegelintir manusia yang hina selalu lupa jati dirinyaSeolah akan hidup selamanya dan lupa tempat kembali

Alam ini menyiratkan kata-katanya
Peringatan bagi yang berpikir dan bertafakur
Hidup akan bertepi dan kita pun akan terkubur
Menjadi bagian dari sejarah masa silam

Persaudaraan yang kita jalin sangat berkesan
Memberi arti yang berbeda untukku
Keinginanku agar kita selamanya bersatu
Dalam ikatan kebersamaan ikhwanul muslim

Meraih bahagia bersama, bahagia yang sebenarnya
Bukan semu tidak juga hambar tapi bahagia
Dimana diri tidak mengetahui lagi arti kecewa, arti derita
artinya pedih artinya rasa sakit dan artinya luka

Tak ada maksud apa-apa aku hanya mengajakmu
Mentertawakan diri dan berkaca pada pengalaman
Untuk selalu memperbaiki diri dari hari ke hari
Mengajakmu belajar dari pelajaran unik
yang telah alam siratkan pada kita

Tentunya kebersamaan ini menyimpan seribu asa
Yang sulit kau ungkap padaku,
Atau sulit kau sampaikan padaku
perasaan marah, sedih, duka, kecewa juga dendam

Aku yakin....
Dalam ucap ini ada kata yang membuatmu sakit
Dengan pena ini ada kalimat yang membuatmu teriris perih
Dalam rangkaian kata ini ada bahasa yang menusuk kalbu
Hingga membuatmu berpikir dan kadang mendendam

Tapi........
Percayalah semuanya adalah kata Tuhan
Untuk mengajakmu berpikir jernih tentang dirimu,
diriku juga diri-diri yang lain
Tak ada maksudku menyakiti siapapun
Hanya sekedar mengevaluasi diri untuk dijadikan cermin diri
Agar aku dan juga kau mampu perbaiki diri

Aku mendapat pesan dari seorang kawan
membuatku terperanjat, menangis dan sadar
aku bukan apa-apa dan juga bukan siapa-siapa
aku terlalu sombong....kini aku ingin kau pun memaknainya

Jangan sekedar memahami apalagi berteori,
tapi hayatilah diri dan hidupmu agar kau tak terjebak
Pada bayang-bayang semu yang membuatmu lupa
bahwa kau bukan siapa-siapa.

Sesekali lepaskan otakmu dari simpul logika,
Bebaskan anganmu dari belenggu teorema,
dan belajarlah merasa dan berkaca.
Melihat dirimu dalam semesta maha.

Tanggalkan bajumu, telanjanglah di depan hatimu.
Dengarkan suara rincik air bening yang menetes di kedalaman jiwamu.
Ada yang terus mengalir tenang, tanpa kau sadari yang jika kau ikuti akan
membawamu ke samudera tanpa tepi:
semesta yang tak habis-habis kau pahami.tak perlu kau menjadi apa-apa.
jadilah bukan siapa-siapa karena di situ, makna dirimu yang sebenarnya

Bila ada kata yang merangkai dusta
Ada kalimat membekas lara
Ada langkah menoreh luka
Ada prasangka dan curiga
Mohon bukakan pintu maafmu untukku, untuk kami

Selamat Iedul Fitri 1 Syawal 1427 H
Dari kami sekelurga
Rina Muttaqinah –Taufik Hidayatullah


Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Monday, October 16, 2006

MBS, Komite Sekolah dan Oknum...

Implementasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) menuntut adanya perans erta masyarakat lebih banyak, peran yang diharapkan adalah ‘sense of belonging’ masyarakat pada sekolah sehingga sekolah tidak didominasi oleh ‘apa maunya pemerintah’ tetapi ‘ apa yang dibutuhkan masyarakat’. Kehadiran sekolah harus benar-benar menjadi tumpuan harapan dan cita-cita masyarakat.

Seperti jamannya kakek dan nenek kita dulu, masyarakat benar-benar merasa membutuhkan berdirinya sekolah di tengah kehidupan mereka, sehingga mereka bahu-membahu mendirikan sekolah, mencarikan kepala sekolahnya dan gurunya yang akan mendidik putra-putri mereka. Sekolah lahir atas dasar cita-cita kepentingan bersama. Ruh tersebut nampaknya ingin dihidupkan kembali.

Saat ini dengan munculnya MBS berbagai pendapat kontroversi bermunculan memperdebatkan kehadiran MBS yang terlalu dini bagi masyarakat kita, seperti yang disampaikan Prof. Surya yang menganggap bahwa masyarakat kita saat ini belum cukup siap untuk bisa tune in memiliki dan menjadi bagian warga sekolah, belum lagi kewenangan sekolah mengatur dirinya belum sepenuhnya diberikan pemerintah terutama pemerintah daerah dengan berlakunya otonomi daerah, itu artinya menunjukkan pemerintah pun belum siap sepenuhnya memberlakukan MBS.

Sekolah semasa pemerintahan Pak Harto telah ditempatkan sebagai agen perpanjangan ‘apa yang dimaui pemerintah’. Sistem top down pendidikan yang sudah mendarah daging akan dirubah dengan adanya MBS, dimana sekolah secara penuh mengelola dirinya sendiri. “ Kalau tidak dimulai sekarang mau kapan lagi, sekolah diberi kewenanganmengatur dirinya” kita-kira begitulah yang diungkapkan Pak Indra Jati Sidi saat itu.

Komite Sekolah

Kita simpan persoalan besar tadi, mari kita lihat peran serta masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah, wadah yang menampung seluruh aspirasi masyarakat, orang tua dan stake holder. Sejak dulu pun wadah yang memiliki fungsi yang hampir sama telah ada, yang disebut BP3, namun peran sekarang seharusnya lebih luas lagi. Selain sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dan masyarakat, komite sekolah memiliki fungsi kontrol terhadap berlangsungnya proses pendidikan di sekolah agar sesuai dengan komitmen mutu pendidikan yang telah disepakati sebelumnya. Oleh sebab itu orang yang duduk sebagai pengurus komite sekolah seharusnya mengetahui visi, misi dan program-program sekolah sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan baik

Kenyataan menunjukkan lain di lapangan, salah satu contoh di Kab. Purwakarta ketika penulis sedang bertugas mengambil data dan sempat melakukan wawancara dengan beberapa kepala sekolah, guru dan komite sekolah SMP. Setelah menjelaskan panjang lebar diakhir pembicaraan ketua komite sekolah dengan bangga mengatakan kalau dirinya dipercaya menjadi ketua komite sekolah dibeberapa sekolah di Kab. Purwakarta “ wow …weleh…weleh…” dengan sedikit ‘kerung’ saya pribadi merasa sangat aneh dan tak habis pikir, seberapa banyak waktu yang dimiliki oleh orang ini? sampai mampu mengurus beberapa sekolah dengan program seabreg dan jika dijalankan dengan benar tupoksi komite sekolah, tentunya sanghat menyita waktu dan energi. wah…hebat……….
Rasa penasaran mendorong saya berbicara secara pribadi dengan salah seorang kepala sekolah
“Pak, kalau ketua komite sekolah mendapatkan honor setiap bulannya?
“ Tentu atuh, Bu”
“ Berapa honornya per bulan? “
dengan agak sedikit ragu karena takut terdengar oleh yang bersangkutan, Kepala Sekolah tersebut menjawab
“ 700 ribu rupiah per bulan Bu”dengan polos tanpa beban Bapak Kepsek itu menjawab.
“ Apa…???” otakku langsung berputar memikirkan perkataan ketua komite sekolah tersebut, kalau ia menjadi ketua komite di beberapa sekolah 700 ribu kali sekian sekolah…wah jadi penghasilan yang menggiurkan…
benar juga ternyata pikiran cas cis cus ku

mari kita Tanya Kenapa????????






Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Friday, October 13, 2006

Parcel.....???

Fenomena yang terjadi saling mengirim dan menerima parcel saat hari raya atau hari spesial lainnya beberapa tahun belakangan, telah membudaya di kalangan masyarakat kita terutama di kalangan para pejabat mulai presiden sampai pejabat RT sekalipun. Ucapan selamat hari raya..., selamat atas wisuda..., selamat atas peresmian... dan terima kasih atas kerjasama…yang disematkan pada pembungkus parcel yang dikirim, menjadi hal yang lumrah. Isi parcel pun beraneka macam mulai dari buah-buahan, makanan kaleng, alat rumah tangga dan elektronik, jumlah parcel dan pengirimnya tergantung seberapa tinggi jabatan/ posisi seseorang di perusahaan atau di lembaga pemerintah, makin tinggi jabatan/ posisinya maka makin banyak parcel yang akan mereka terima, pengirimnya bervariasi mulai dari pejabat yang lebih rendah (untuk menunjukkan rasa hormatnya), pengusaha (untuk mempererat hubungan kerjasama), juga kenalan/ teman- teman dekat.

Bukan tidak mungkin jika seorang pejabat mendapatkan parcel banyak sekali dari bawahannya atau dari temannya, ia pun merasa dituntut untuk mengirim parcel ke pejabat yang lebih tinggi dari dirinya maka dipilihlah parcel-parcel terbagus yang ia dapatkan, kemudian kartu ucapannya diganti dengan bahasa yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Selanjutnya parcel tersebut saling dikirim seperti lalu lintas jalan raya bolak-balik, yang pada akhirnya sampai lagi pada si pengirim pertama…(nah…lho!!!!!!!!) “ Lho…ini kan parcel yang gue kirim ke si fulan…????”

Apakah parcel yang kita kirim dimakan/bermanfaat bagi si penerima ? itu nomor dua yang penting pengakuan dari si penerima kalau si pengirim sudah kirim parcel, sudah kasih perhatian.

Fenomena ini mengingatkan saya sewaktu di kampung, orang tua saya dan warga di kampung saya selalu masak saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, masakan tersebut lantas dikirimkan ke semua warga di kampung. Hal yang sama pun dilakukan tetangga dan warga lainnya, alhasil maka beredarlah nampan aneka masakan tersebut, jika ada seorang tetangga yang lupa tidak diberi maka senampan makanan dari tetangga lainnya pun jadi diberikan pada tetangga yang belum kebagian tersebut atau jika berlebih makanan itu akan dikirim ke warga yang letaknya agak jauh dari kampung walaupun sebenarnya masakan tersebut bukan bikinan si pengirim tapi tetangga yang lainnya.

Kebiasaan ini telah berubah bentuk menjadi saling mengirim parcel yang walaupun pada tahun 2005 KPK mengeluarkan aturan tidak boleh memberi dan menerima parcel bagi para pejabat saat hari raya, tetapi budaya untuk saling memberi sebagai bentuk perhatian akan selalu menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Siapa tahu saling mengirim parcel diantara para pejabat dihentikan berubah dengan saling mengirim angpow.

Sebenarnya ada kalangan yang sangat membutuhkan untuk diberi parcel atau angpow yakni fakir miskin dan anak-anak terlantar, merekalah orang-orang yang berhak menerima hadiah, sodaqoh, santunan dan perhatian bukan para pejabat…mereka tidak membutuhkan hal tersebut karena gaji, deposit dan hartanya sudah cukup membiayai hidup layak bahkan mewah. Sebaiknya paradigma memberi dari bawahan ke atasan, dari pejabat rendah ke pejabat yang lebih tinggi dirubah menjadi memberi dari para pejabat tinggi ke pejabat rendah dari yang kaya ke yang miskin.

Tidak perlu ditutup-tutupi karakter masyarakat Indonesia adalah selalu ingin memberi jadi bukan tidak mungkin jika ada aturan dihentikannya mengirim parcel pada pejabat tinggi dirubah menjadi saling memberi angpow, atau secara terang terangan "DENGAN TIDAK MENGURANGI RASA HORMAT KAMI TIDAK MENERIMA PARCEL TAPI ANGPOW"...lho........???


Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Thursday, October 12, 2006

Banyak Bertanya Sesat di Jalan...........???

Ketika aku SD dulu, Bu Guru selalu bilang “jadi jelema teh kudu bodo alewoh” (kalo jadi orang harus rendah hati, banyak bertanya jika tidak mengerti) kira-kira begitulah artinya. Pepatah ini sangat terasa sekali jika di jalanan mencari alamat apalagi di kota besar seperti Jakarta, Depok, Bekasi dan Bogor (tidak tahu kalo kota lainnya).

Tugas dari kantor memaksaku melakukannya, dari orang ke orang kami bertanya mencari alamat sekolah untuk melakukan pengambilan data penelitian mulai dari abang becak, pedagang, tukang ojek , tukang asong tidak bisa memberi informasi yang benar tentang alamat yang kami tanyakan, bahkan aku curiga mereka membuat kami harus terus berputar-putar kayak orang limbung sampai kurang lebih 5 jam an. Saat kami kembali pada posisi awal eh…si orang yang memberi kami petunjuk hanya nyengir memperlihatkan wajah tak berdosa.

Kami tak habis pikir dibuatnya, mengapa orang Indonesia yang dikenal ramah koq tega ya…. membuat orang susah (senang lihat orang susah, susah lihat orang senang), padahal aku pribadi sering memberi petunjuk benar pada orang yang sedang kebingungan nyari alamat. Apa kehidupan keras Jakarta telah membuat orang bersikap seperti Yahudi??? Selalu berpikir “apa untungnya buatku jika kutolong?” wallahualam yang kutahu sulit sekali mendapatkan orang baik di jalanan. Sampai tulisan ini kuposting semua kota yang kusebutkan tadi kami hampir mendapatkan masalah yang sama dalam mencari alamat, jadi tidak salah kalau aku beranggapan bahwa menanyakan alamat di jalanan akan membuat kita nyasar………

Jangan-jangan pepatah bodoh yang beredar dikalangan para birokrat menular juga di masyarakat “ kalau bisa dipersulit untuk apa dipermudah????????”



Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik