Send As SMS
Send As SMS

Friday, July 15, 2005

Cinta….???

“Kehidupan adalah jendela-jendela hati yang terdiri dari jendela sedih, gelisah, senag, susah, kesal, iri, dengki, sakit, kecewa. Jenuh rasanya jika kita tidak memiliki jendela-jendela hati kita, kita akan terus dan terus merasa senang dan terus dan terus merasa kecewa, terus dan terus merasa sedih, betapa sangat membosankan. Allah menciptakan berbagai cita rasa agar manusia dapat memaknai setiap jengkal asa, setiap inci kesedihan, setiap mili kesenangan. Hanya manusia yang mengenal jati dirinya lah yang mampu memaknainya”

Ruhani adalah raja dari seonggok daging yang bernama tubuh. Ruhani ini yang menggerakkan hati dan pikiran manusia. Ruhani mengendalikan semua emosi diri termasuk didalamnya CINTA.

Cinta sejati adalah cinta yang tulus kepada sang Maha Pemilik Cinta, cinta yang inilah cinta yang tanpa pamrih, cinta yang total, cinta dengan penyerahan diri dan jiwa dengan pengorbanan sebenar-benarnya.

Kukatakan bohong jika ada si Pecinta mengatakan “ku kan daki gunung himalaya demi kamu, ku kan seberangi lautan untukmu, ku kan daki langit demimu, ku kan petik bintang untukmu…..” sekali lagi ku katakan bohong besar, perayu gombal. Semuanya yang dikatakan para si Pecinta adalah pamrih, pamrih untuk mendapatkan balasan dari sang kekasih. Coba bayangkan, maukah pecinta tersebut jika sang kekasihnya tak membalas cintanya? Masihkah ia mau berkorban? Semuanya adalah cinta yang gombal dan rapuh. Aku ingat kata-kata bijak “ jangan bersandar pada sesuatu yang rapuh bersandarlah pada sandaran yang kuat dan abadi yang tak lapuk oleh waktu”

Cinta-cinta tersebut hanyalah permainan emosi, acrobating emotional dari jiwa yang sedang wisata, demi kepuasan sesaat, demi harapan yang nisbi. Dunia adalah panggung sandiwara dimana emosi dimainkan sesuai keinginan pemilik emosi.

Memainkan rasa adalah hal yang mudah, mengubah rasa benci jadi cinta, mengubah cinta jadi benci, asalkan berpatokan pada rel-rel yang Allah tetapkan, dengan senantiasa berpijak pada “ sukakah Allah dengan apa yang akan kulakukan?” bukan berangkat dari sukakah diri, karena kesukaan diri sangatlah subyektif sangat rentan diintervensi hawahu.

Mengubah benci jadi cinta kalau kuibaratkan seperti kisah petualangan pendaki gunung (Kang Nazaruddin dengan Wanadri nya dalam suatu kesempatan bercerita kepadaku bagaimana ia mampu menaklukkan gunung Salak). Para pendaki selalu berharap untuk dapat menaklukkkan puncaknya, ada perasaan puas tak ternilai jika sudah berhasil sampai puncak gunung, walau keringat, rasa lapar, haus dan darah sekalipun mengucur dari tubuhnya tidak sebanding dengan rasa puas yang didapat . Walau orang selalu berkata “ Untuk apa sih mendaki gunung pekerjaan yang melelahkan, sangat berbahaya, dan sia-sia” Bagi pendaki itu adalah kenikmatan yang tiada tertandingi. Di atas puncak, serasa dunia ada dalam genggamannya. Hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakannya. Jengkal demi jengkal, tapak demi tapak, bebatuan yang curam menjulang, tanah pijakan yang rapuh, bau tanah, tetesan air yang keluar dari akar gantung semuanya menggambarkan keindahan tersendiri yang luar biasa saat menapakinya. Ada perjuangan, ada tantangan dan ada kerja keras di situ. Cape, lunglai, haus semuanya terasa indah saat menjadikan masalah tsb sebagai sebuah tantangan.

Gunung, seperti juga emosi dalam diri, mendakinya, menguasainya, berada di puncaknya semuanya akan terasa sulit tapi akan jadi ringan dan indah saat kita menikmatinya setiap langkah dan tapak dalam mendaki dan menguasainya, mengendalikan gunung emosi, mengubah benci, menjadi cinta yang luar biasa saat kita berjuang dan bertawakal kepada Allah Sang Pembolak balik hati. Penguasa lembah dan gunung emosi, tidak akan lama perjuangan ini hanya sebatas hidup manusia yang kuarng lebih 60-70 tahunan, bandingkan dengan kehidupan akhirat satu hari sama dengan beribu bulan di bumi betapa panjangnya kenikmatan sejati yang akan kita rengkuh. Pilihlah sesuatu yang abadi jangan yang nisbi.

Definisi Cinta Dalam Al Qur’an

Aku ingat betul dalam sebuah seminar yang digelar DKM Ulil Albab Unpas Bandung, Zonaina Yuhadisi membeberkan bahwa kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.

Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.

Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang ” jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia. Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum : 21 “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.

Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.

Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah.


Semoga engkau wahai Saudara, Kakak, Sahabat mendapatkan wudda dalam hidupmu dengan prestasi amalmu, Aku kan ada untukmu…bersama menggapai langit…menuju keharibaanNya, dalam kampung akhirat yang penuh wangi bunga, dengan air jernih mengalir di sekelilingnya.

Ada puisi indah, kalau aku tak salah mengingat begini…

Cinta

Tuhan…….
Saat aku menyukai seseorang teman
Ingatkanlah aku akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama yang tak berakhir

Tuhan….
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukan aku kepada yang rindu cinta sejatiMu

Tuhan….
Jika kembali mencintai seseorang
Teruskan aku dengan orang yang mencintaiMu
Agar bertambah kuat cintaku padaMu

Tuhan….
Ketika aku sedang jatuh cinta
Agar tak melebihi cintaku padaMu

Tuhan Ketika aku berucap aku cinta padaMu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya terpau padaMu
Agar aku tak jatuh cinta
Dalam cinta yang bukan karenaMu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencitai seseorang bukan apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cinta
Sangatlah berarti

Tapi……..
Dicintai oleh seorang pecinta
Adalah segalanya……….

Taklukkan dan kuasailah gunung es yang ada dalam hatimu, dengan kehangatan cintaNya….

Janganlah mengharamkan sesuatu yang telah halalkan untukmu…….

Ya Semoga……

0 Comments:

Post a Comment

<< Home