Send As SMS
Send As SMS

Wednesday, August 10, 2005

Bertanya Pada Preman

Dalam sebuah aksi massa kompanye salah satu calon Pemimpin Negerinya Si Picung, nampak seorang orator maju ke atas panggung sambil mengumandangkan yel yel ia memulai orasinya ala Bung Karno
“ Saudara-saudara kita berkumpul disini…untuk memberikan dukungan moril bagi calon pemimpin bangsa masa depan ….pemimpin yang akan membawa rakyat untuk berpikir global, berpikir maju, modern, pemimpin yang akan mensejahterakan kita rakyat kecil….seperti kami, yang setiap harinya meronta-ronta mencari masukan untuk perut, untuk rumah, untuk sekolah, dan untuk….dan untuk….”

“Marilah kita dukung beliau untuk segera entaskan orang miskin…eh ..salah..entaskan kemiskinan, dan bangun masyarakat kaya…kaya harta…kaya…ilmu tuk jd kaya…kaya…seperti pemimpin…kaya…seperti milyuner…kaya seperti…monyet…kayak seperti buaya….kaya…...”

“Kita di sini, dalam panas dan terik untuk mendukung calon pemimpin kita agar mereka dapat hidup lebih baik dan cukup lebih dari kita…”

“Saudara…saudara…oleh karena pilihlah….Mr. Kaya..agar kita pun menjadi kaya…”

Aku menyelinap masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang mendengarkan orasi…, hidung pun terasa ditusuk-tusuk…ada bau ketek…bau bebek, bau ayam,…bau suap,…bau nasi bungkus,…”ah…akhirnya aku berhasil menangkap sang orator untuk ku wawancara…

Begini Mas…, saya dengar tadi Mas…”
“oh…aku Mas Preman..”
“oh ya Mas Preman tadi anda sangat berapi-api dalam berorasi mendukung calon pemimpin besar kita Mr.Kaya, apa yang membuat Mas tertarik untuk mendukungnya?”

“Ya sudah barang tentu aku mendukungnya, karena aku sangat kasian sama beliau beliau itu kan terbiasa kaya, terbiasa memiliki jabatan…coba bayangkan kalau seandainya ia kehilangan jabatannya, tentu ia akan menderita sekali melebihi saya..”

“lho…kenapa..Mas?”

“Lha iya…karena beliau tidak biasa hidup di rumah kardus tentu badannya akan gatal-gatal dan borok…kalo kita kan sudah berteman dengan kuman, ia tidak biasa kalo makan sehari nasi bungkus plus tempe/tahu aja…perutnya akan mencret, kalo kita…kan sudah teramat biasa…, ia tidak biasa pergi keluar rumah tanpa kendaraan kalo naik angkot bisa demam n masuk angin…, makanya kita harus kasian pada orang medl begini, mereka itu rentan terhadap penyakit….”

“Misalnya…?”

“iya hipertensi, serangan jantung, gagal ginjal, asam urat, rheumatik…de el el.., selain itu mereka tak cukup survive untuk hidup apa adanya…tidak seperti kami”

“Memangnya hidup Mas seperti apa?”

“Kami sangat kaya…tidur beralas langit luas penuh bintang, berlampukan cahaya rembulan, ber-AC-kan angin malam yang terasa sejuk…, beralaskan tanah luas terhampar dan kekayaan terbesar kami adalah kami merasa cukup kaya dengan apa yang kami miliki, dan tubuh kami sangat kuat dan bertahan terhadap berbagai macam penyakit”.

“oh..ya jantung kami pun kuat terhadap shock…he..he..”

“Mas kenapa, Mas begitu sangat mencintai calon pemimpin negerinys si picung…”

“Ah ..saudara ini bagaimana…saya kan harus punya komitmen dengan pekerjaan dan profesi saya sekarang ini…”

“Lha…profesi macam apa yang sedang Mas tekuni sekarang?”

“…Ah jangan pura-pura tidak tau…sekarang kan lagi musimnya pemilihan calon pemimpin, itu kan proyek…saya bisa berdagang dong…”

“Maaf…Mas dagang apa…”

“Ya dagang suara burung…,dagang otak-otak ikan,…dagang otot kuda dan dagang kambing conge…he…he…”

“Lho…koq..?

“Lumayanlah Mba untuk memperpanjang rejeki…gitu lho..

“Waduhhhhhhhhh……..mati aku…”
Tulisan ini terinspirasi tulisannya Mas Faridl Ghaban, Bertanya Pada Cabe.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home