Send As SMS
Send As SMS

Thursday, September 08, 2005

DIALOG AYAH DAN ANAK

Ketika kuperhatikan dia saat ada dalam gendonganku, aku selalu merasa was-was akan masa depan anakku kelak, aku sangat kuaatir kalau anakku akan berbeda jauh lebih buruk dariku.

“ Apa yang sedang Bapa pikirkan?”

”Aku..?’’ aku terkejut mendengar suaranya, terang sudah lama berganti gelapnya malam . Suara kodok terdengar dari kejauhan. Isteriku telah lelap. Dan di gendonganku, anakku dengan mata sipitnya dan rambut sedikit rada jocong tersenyum menatapku.

”Apa yang Bapa pikirkan?”

”Kau mengajakku bicara Nak?”

Dia hanya tersenyum

”Baik Nak, aku sedang berpikir tentang kau”

”Aku kuatir dengan masa depanmu“ kataku

”ha...ha...ha...”

”Kenapa kamu tertawa...”

”Orang tua selalu kuatir dengan masa depan anaknya, tetapi selalu gagal memberikan contoh dan teladan kepada anaknya untuk tumbuh menjadi manusia benar.”

”..Hush...kamu masih bayi ....tak patut berkata seperti itu...“

”Orang tua selalu begitu, takut dikritik tak mau mengaca diri dan selalu berlindung dibalik ketuaan dan keegoisan diri, dan berkata kalau tak egois bukan Bapa tapi banci.... Bukankah Bapa ingin mengatakan kalau saya adalah anak kemarin sore yang belum tahu indahnya Paris atau betapa sulitnya menjadi kaya di tanah air? dan bapak sudah kenyang dengan asam garam kehidupan?”

”Sejujurnya aku mengkhawatirkan diriku sendiri. Aku takut ketika kelak kau dewasa, aku tak bisa toleran melihat keliaran dan keberanianmu menjebol tatanan orang dewasa ”

”Bukankah Bapa sendiri cukup liar? Misalnya ketika Bapa memberontak dengan memanjangkan rambut, menghisap rokok dan berkeliaran sampai pagi ketika masih SMA dulu”

”Begitulah, apakah aku cukup toleran ketika kau memakai anting2 di hidungmu?”

”Sebentar pa, apakah bapa bisa bantu aku membetulkan popokku yang melorot ke bawah?”

”OK”

”Nah begitu lebih baik..., kembali ke soal tadi...bukankah Bapa juga menikmati keliaran ketika Bapa memutuskan untuk keluar kuliah dan memilih jadi pemain band, padahal kakek berharap bapa jadi insinyur?”

”Aku takut kelak apa aku cukup toleran ketika kau memutuskan untuk berhenti kuliah sama sekali dan memilih jadi pembalap, sementara aku berharap kau jadi pengusaha atau konglomerat”

”Bapa juga menikmati keliaran ketika mempermainkan banyak wanita”

”Begitulah, aku pun tidak tahu apa aku cukup toleran ketika kau banyak mempermainkan dan bergantian cewek tanpa satu pun kau nikahi”

”Bapa, kemarilah...ada yang ingin aku bisikkan, bukankah Bapa akhir-akhir ini menikmati keliaran Bapa dengan berteman dengan banyak wanita tanpa sepengetahuan ibu???”

” Apa sekarang pun Bapa menikmati keliaran dengan alkohol dan dunia malam”

”Ssssttt...anakku aku akan menghentikannya, aku tidak akan tahan jika kau kelak begitu”

”Baiklah pa, adakah cara yang tepat agar aku tidak terjebak seperti Bapa sekarang?”

”Temukan ilmu dan amalkan dalam hidupmu, carilah teman yang baik dan benar , janganlah kau menyerah dengan keadaan, juga selalulah menerima kritik dan masukan dari siapa pun dengan lapang dada, maka kau akan temukan kebahagian yang tak ternilai kau akan mendapatkan rasa kecukupan dalam hidupmu karena di hatimu cukuplah Allah yang akan jadi penolongmu................”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home