Send As SMS
Send As SMS

Monday, October 10, 2005

Grafiti Yang Menggelikan

Aku tidak tahu keadaan di beberapa negara yang mayoritas Islam apakah sama dengan di Indonesia atau tidak?. Di saat menjelang lebaran alias hari raya iedul fitri 1 syawal tahun hijriyah ada suatu kebiasaan yang bisa dikatakan sudah menjadi budaya khas muslim di Indoneasia yakni pulang kampung (baca:mudik ke kampung halaman ). Orang yang tinggal di Jakarta mudik ke Semarang, Tegal,Surabaya, Padang, Palangkaraya, Papua dan semua kota di seantero Indonesia begitupun orang yang tinggal di Surabaya pulang ke lampung, Jambi, dan kota lainnya. Bisa dibayangkan betapa semrautnya arus mudik tersebut dari timur menuju barat, dari selatan menuju utara, dari utara menuju barat, dari timur menuju selatan. Yang sangat repot tentunya yang mengatur lalu lintas yaitu Pak Polisi (dan ....orang yang tidak kebagian tiket kendaraan he…he…).

Semua kerepotan yang disengaja ini memang dinikmati oleh semua muslim di Indonesia walaupun harus desak-desakan mengantri tiket kereta atau berebut bis antar kota, hati mereka senang karena sudah terbayang di pelupuk mata betapa nikmatnya berkumpul dengan sanak keluarga yang lama ditinggal atau betapa leganya melepas kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman dan orang-orang yang dicinta.

Selain alasan di atas tentunya ada juga alasan lain yang tersembunyi yang mendorong orang untuk pulang mudik yaitu keinginan yang besar untuk unjuk kemampuan, unjuk penampilan atau menunjukkan glamoritas kehidupan kota dengan gaya hidup yang ...wah....sehingga terbayang di benak orang-orang kampung betapa enaknya hidup di kota tinggal di rumah mewah seperti yang biasa mereka lihat di sinetron dan telenovela.

Lepas dari semua alasan di atas mudik menjelang iedul fitri memang menjadi pilihan yang tepat untuk saling bertemu, bersilaturahiim saling membebaskan dosa dan kekhilafan baik pada orang tua atau kerabat. Begitupun aku, aku pulang menemui orang tua (mertua tepatnya) dan sanak famili yang berbeda kota untuk bersilaturahiim dengan mereka, sungkeman dengan orang tua. Ada kebiasaan baik di rumah keluarga suamiku, mungkin juga di keluarga lainnya, jika datang saatnya sungkeman, dari anak yang paling tua sampai paling muda, menantu, cucu dan cicit berderet berurutan (anak mertuaku 12 orang semuanya sudah berkeluarga...kebayang kan betapa banyaknya...)sungkeman pada orang tua dan orang yang lebih tua. Saat itu selalu menimbulkan haru dan sedih.

Yang paling mengesalkan dan membuat cape saat mudik adalah pada saat harus ngantri di jalanan terjebak kemacetan lalu lintas, walaupun semua kemacetan ini memang sudah biasa dan mafhum serta terprediksi sebelumnya tapi rasa kesal dan cape tetap saja ada.

Saat itu di hari ke 3 syawal aku dan keluargaku pulang, jalanan agak macet tapi masih dapat ditolerir, kunikmati perjalanan tersebut. 20 Km sudah kami lewati jalan, mobil pun mulai bertambah membuat jalanan menjadi padat. Laju kendaraan selalu di angka 20 km/jam. Keringat pun mulai bercucuran udara mulai panas dan karbon monoksida dari beribu kendaraan memenuhi udara yang kuhirup, penat, kesal menjalari perasaanku. Anak-anak kecil berlarian di tengah panasnya udara dengan ganjal mobil yang terbuat dari kayu di tangannya, mereka menawarkan jasa sewa ganjal kayu untuk mobil di kala macet di bidang yang menanjak.

Saat di persimpangan tiga (baca: jalan cagak) tepatnya di daerah Nagrek dari sebelah kiriku muncul sebuah truk yang biasa digunakan mengangkut pasir syarat dengan penumpang mendahului kami, mataku terfokus pada sesuatu, aku tersenyum dikulum tertawa tak jadi memperhatikan sebuah grafiti di belakang bak truk tersebut, sebuah gambar seorang wanita menor dengan tulisan ”kutunggu jandamu...” (hi...hi....gambarnya masyaAllah).

Garfiti model demikian nampaknya sudah sangat lekat dengan sopir-sopir truk, bagiku hal tersebut menunjukkan siapa ’si pemilik’ truk. Aku ingat sering juga melihat gambar dan tulisan seronok di setiap truk yang kutemui di jalanan. Ada gambar dengan tulisan ”kalau cinta ditolak, dukun bertindak”, ada juga ”sabar menanti...” yang semuanya dibarengi gambar perempuan yang (maaf.....) menjijikkan.

Beberapa waktu yang silam aku pernah terlibat pembicaraan dengan salah satu teman bahwa ada sebuah fenomena yang khas dari grafiti di bak-bak truk tersebut, menurutnya walaupun semua grafiti tersebut nampak sejenis dan bertema sama namun bagi komunitas sopir truk hal itu dapat dibedakan berdasarkan tema-tema yang diambil yang menjadi sebuah tanda atau kekhasan tertentu bagi trayek/jalur-jalur truk, misalnya untuk truk jalur pantura maka grafiti biasanya bertema perempuan kesepian, untuk jalur timur maka tema grafiti seputar pemuda patah hati.

Semuanya itu membuat pikiranku berputar, rasa penat, kesal di jalanan terlupakan karena otakku sibuk memikirkan komunitas sopir truk dengan grafiti yang khas dan aneh.

Tak lama tanpa kusadari aku sudah hampir sampai di jalan menuju rumahku kuucapkan ”Alhamdulillah.........” Ternyata di dunia ini banyak sekali komunitas yang terbentuk berdasarkan kepentingan yang sama untuk menggapai tujuan yang sama yang luput dari perhatian.




Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

0 Comments:

Post a Comment

<< Home