Send As SMS
Send As SMS

Wednesday, November 12, 2008

Setengah Sholeh, Setengah Tidak....

Jika semua orang tua muslim di dunia ini ditanya, apa harapannya terhadap anak-anak mereka tentu jawabannya dengan serentak "ingin punya anak sholeeeeeeeeehhhhhhhh........" klise memang, tetapi seharusnya demikian. Masalahnya adalah setiap kepala memiliki batasan dan definisi yang berbeda-beda tentang bagaimana profil anak sholeh.

Saat liburan ramadhan lalu, ada cerita lucu aku geli dibuatnya. Seorang anak perempuan muridku bercerita padaku, kalau ia benar-benar bingung dengan sikap mamanya "gimana tidak, coba ibu bayangkan..., di pesantren ini aku kan diajarin untuk menutup aurat dari ujung rambut sampai ujung kaki, karena semua jengkal tubuh wanita itu kan aurat sehingga saat kembali pulang ke rumah orang tuaku, aku selalu mengenakan jilbab dan kaus kaki jika keluar rumah. Suatu hari ibuku menyuruhku mengambil cepat-cepat jemuran baju di luar rumah karena hari akan hujan, tentu saja aku pun sibuk berpakaian lengkap mengenakan kerudung, baju panjang dan kaus kaki sehingga agak lama sedikit. Mamaku tidak sabar melihatku dan berteriak.......aduh ni anak apa-apaan sih pake kerudung dan kaus kaki segala kan cuma ambil jemuran di halaman belakang saja....cepaaaaaaaatttttt.....mau hujan..Akhirnya karena aku lupa menyimpan kaus kakiku jadi agak lama untuk melakukan perintah mamaku, jemuran mamaku sedikit terkena hujan, meledak deh marah mamaku...sampai keluar kata-kata, aduh ini anak dimasukin ke pesantren itu kan agar nurut sama orang tua, jadi anak sholeh,,kenapa ya Allah anakku jadi begini, disuruh ambil jemuran aja lama susah sekali, pake acara cari-cari kaus kaki segala, masa ke belakang rumah aja musti pake kerudung dan kaus kaki???diajarin apa sama ustdz di pesantren kamu koq jadi begini, terlalu fanatik. Mama kan masukin kamu ke pesantren agar kamu jadi anak sholeh, nurut sama perintah orang tua dan tidak membangkang jika dinasihati.

Anak itu mengatakan sama mamanya kalau berjilbab itu merupakan salah satu ciri anak sholeh, ajaran Rasulullah yang harus ditaati eh..mamanya bilang iya..taat sih taat tapi jangan terlalu taat begini...., sholeh sih sholeh tapi jangan terlalu sholeh begini, anak itu pun bingung dibuatnya @@$$%%^&**^())%%$$@@@

Aku pun geli mendengarnya, aku yakin bukan hanya mama anak ini saja yang berpikiran serupa, banyak orang tua yang memiliki sifat seperti ini, di satu sisi mereka berharap anak-anak mereka menjadi anak yang baik, sholeh dan menjadi hamba Allah tetapi di sisi lain mereka pun tidak ingin anak-anak mereka terlalu taat dan seolah-olah bersikap beda dengan kebiasaan masyarakat, berkarakter tidak seperti kebanyakan orang, bingung kan...???

Sikap inilah yang membuat anak menjadi bingung, plin plan. Menjadi muslim yang hanya setengah-setengah saja, menjadi sholeh yang hanya setengah-setengah saja, padahal Allah sudah mengajak kita untuk memasuki Islam itu secara kaffah (menyeluruh) tidak setengah-setengah. Mengambil sebagian ayat Allah yang ia sukai dan menjauhi ayat Allah yang tidak disukai. Sikap inilah yang harus kita tepis jauh-jauh. Komitmen dan konsekuen merupakan sikap yang wajib dimiliki siapa pun yang mengaku dirinya mukmin.



Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina Mutaqinah Taufik

Wednesday, November 21, 2007

PUBER….?????????: Berbohonglah pada hawa nafsu…..!!!!!


Lingkungan di sekitar kita penuh warna dan rona bagai pelangi yang menghiasi langit…dibuat indah sedemikian rupa sehingga membuat terbuai para pecinta dunia. Hidup penuh dengan warna-warni rasa, yang dengan rasa tersebut seharusnya menghantarkan manusia kepada sang maha pemilik rasa, namun kekuatan rasa ini begitu menakutkan, bahkan konon menjadi ketakutan terbesar bagi seorang petuah, penasihat, pengkritik, pengajar dan da’i saat diri berhadapan dengan situasi yang dengan rasa tersebut dapat menurunkan mutu berpikir dan mengacaukan tatanan tata letak nilai hidup yang terpatri dan tersusun rapi. Tiba-tiba saja menjadi pencemas, penggelisah, penakut dan penggembira


Menghadapi kenyataan kalau ternyata kita adalah seorang yang terjebak dalam tindakan yang bersembunyi dibalik kata-kata bijak yang selalu kita luncurkan pada pagi, siang dan malam, saat tersadar sesuatu sudah berlangsung sebagian, bagai burung unta yang menenggelamkan kepalanya kedalam pasir sementara tubuh besarnya nampak jelas terlihat, berusaha menutupi diri dari kenyataan kalau diri kita tidak pernah cela.

Para desainer penghancur akhlaq begitu hebat membungkus kebebasan wanita dengan ‘emansipasi’, membungkus kebebasan beragama dengan ‘fluralisme’, membungkus gaya hidup instant dengan kemudahan teknologi. Mereka dengan misinya telah berhasil melancarkan pointer-pointer tersebut ke target yang tepat dimulai dengan fashion, food and fun yang tergoda pun tidak tanggung-tanggung dari mulai rakyat jelata, pengusaha, pejabat, penguasa bahkan para da’I sekalipun tidak lepas dari jeratan dan jebakan mereka.

Misi yang dilancarkan bukan untuk mengkafirkan muslimin tetapi mudah saja...”buatlah aqidahnya sedikit rapuh...”dengan membuatnya cinta akan glamoritas…kesenangan…dan kenyamanan…hidup, ditambah dengan hal-hal yang klasik harta, tahta dan wanita. Satu yang terakhir ini agak berbeda, godaan yang satu ini agak spesial karena menyentuh seluruh manusia tidak hanya yang kaya tetapi yang miskin pun memiliki masalah yang sama. Harta dan tahta mungkin sebagian manusia saja yang memiliki kesempatan mendapatkannya tetapi wanita bagi siapapun termasuk para petuah dan da’i mengalaminya.

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)

Bohong jika ada orang yang mengatakan tidak menyukai perhiasan dunia, hanya saja bagi mukmin semua perhiasan dunia itu seharusnya menjadi fasilitas untuk menjalankan amanah mendhohirkan keridhaan Allah SWT

Rasulullah menganalogikan ‘wanita’ bukan berarti hanya berlaku bagi para pria saja tetapi juga hadits tersebut ditujukan bagi para wanita juga, maksudnya godaan yang berupa ‘pria’. Jadi maksudnya Rasulullah berpesan hati-hatilah wahai orang beriman dengan semua godaan akan harta, tahta dan wanita/pria. Ketiga elemen inilah yang melekat erat dengan hal yang sangat esensial kebutuhan manusia. Manusia dengan semua perangkatnya memiliki nafsu pada ketiga hal tersebut, hanya saja kadarnya yang berbeda.

Godaan Wanita/ Pria

Jika seorang abang becak, sopir, pedagang, pengusaha tergoda oleh wanita/ pria adalah hal yang biasa namun jika seorang petuah, da’i, pemimpin dan guru/ ustadz maka ceritanya akan lain. Menjadi sebuah kenyataan yang ironi dimana dalil dan teori menjadi saksi bisa tak berdaya mendakwa sang penuturnya. Betapa tidak mereka adalah figur public, semua gerak, langkah mereka selalu menjadi pusat perhatian menjadi rujukan dan patron pengikat semua orang, makanya orang tua membuat pepatah ” guru kencing berdiri, murid kencing berlari...” itu artinya jika seorang figur public saja dapat berbuat demikian maka lebih-lebih murid dan atau umatnya.

Sebenarnya di dalam kamus goda menggoda bagi syetan tidaklah pandang bulu, dan tidak pula membuatnya repot , dinasti syetan sudah jauh lebih maju dari manusia, syetan sangat profesional dalam melakukan pekerjaannya. Untuk level seorang sarjana S3 maka tidak mungkin syetan yang menggodanya lulusan SD yang nulis bacanya pas-pasan. Maka raja syetan akan menugaskan sarjana S3 terbaik lulusan universitas syetan ternama untuk menggoda manusia tersebut, begitu pun untuk seorang da’i maka syetan yang menggodanya pun adalah syetan yang sudah tahfidz Al Qur’an, dan jika itu seorang guru/ustadz maka syetan yang menggodanya pun adalah ustadz ternama yang sudah beberapakali khatam qur’an, dengan jam terbang mengajar, seminar, workshop yang tak terhitung. Ini berarti semakin tinggi predikat seseorang maka syetan yang menggodanya pun semakin hebat.

Tidak heran jika seorang petuah, da’i, guru atau ustadz tergoda syetan melalui yang namanya mahluk bernama wanita/ pria karena bukankan mereka juga manusia normal??? Dimana saat datangnya masa puber baik saat remaja atau puber kedua setelah menikah godaan dari wanita/ pria pun akan menimpanya. Meminjam kata-kata grup band serieus....ustadz...juga...manusia...!!!. Maka saat itu datang menjadi ujian keimanan bagi siapa-siapa saja yang lulus melewati ujian tersebut maka Allah akan tinggikan derajatnya...seperti sedang ujian karate jika lulus maka seorang karateka naik peringkat dari ban hijau naik jadi ban biru.

Kalau yang tergoda adalah remaja, duda, atau suami yang tertarik pada wanita lajang maka inilah ayat-ayat Allah dimana mereka harus segera menikahinya. Celakanya yang saling tergoda justru mereka yang sudah menikah sang wanita adalah seorang istri dang sang pria adalah seorang suami. Maka tidak ada lagi kata yang tepat selain HARAM bagi mereka untuk berinteraksi.

Mengapa Tergoda...???

Faktor dominan yang menyebabkannya :

  1. Sistem yang ada
  2. Adanya peluang / kesempatan
  3. Tidak adanya hijab
  4. Iman yang rapuh
  5. Lemahnya sosial kontrol
  6. Faktor psikologis

Lingkungan di sekitar kita begitu bebasnya, wanita-wanita dan pria ”tanpa busana” berkeliaran seakan menjadi pemandangan yang biasa, begitupun kehidupan bebas lainnya di sekolah, pusat belanja,tempat wisata, tempat hiburan dan kantor-kantor semuanya membebaskan para wanita dan pria untuk melakukan aktifitas tanpa batas. Bahkan tugas-tugas ke luar kota pun tidak ada perlakuan khusus bagi wanita. Wanita-wanita bisa pergi kemana saja tanpa pendamping, karena sistem menuntut demikian. Kondisi seperti ini keimanan benar-benar di pertaruhkan, bagaimana tidak seorang pria mendapat tugas ke luar kota satu tim dengan teman kerja wanita selama 3 bulan, dapat dibayangkan...??? betapa orang-orang seperti ini memerlukan energi yang sangat banyak untuk melawan keinginan hatinya, mengendalikan dirinya agar imannya terpelihara....(wah...cape deeeeehhhh...).

Belum lagi gaya hidup yang dihembuskan kaum orientalis dan yahudi, gaya hidup yang mengambil filosifis ” kalau masih ada orang yang jual sate untuk apa membeli kambing...???”, wanita pria yang sudah menikah memiliki pasangan lain di kantor, kalau boleh dibilang mereka mengaku sebagai PIL (pria idaman lain), WIL (wanita idaman lain), TTM (teman tapi mesra) dan entah apalagi sebutan-sebutan yang menunjukkan jika pria dan wanita yang telah menikah menjadi teman sehati bahkan selingkuh dalam segala hal di kantor.

Berinterakasi di tempat kerja dalam sehari kurang lebih 10 jam efektif bahkan lebih (jika lembur) ditambah dengan perjalanan pulang pergi rumah 4 jam maka kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain menjadi lebih banyak dan leluasa, bandingkan dengan jam di rumah yang hanya mendapatkan porsi 10 jam diambil istirahat tidur 6-7 jam, jadi interaksi dengan istri/suami dan anak hanya 3-4 jam, mending jika interaksi yang dilakukannya berkualitas bagaimana kalau setiap bertemu istri/ suami/anak bawaannya marah-marah karena stress memikirkan pekerjaan kantor?. Maka tak ayal lagi peluang untuk dekat dengan seseorang di kantor sulit untuk dihindari.

Awalnya mungkin hanya ngobrol biasa sesama teman, lama-lama saling curhat masalahnya masing-masing maka timbullah simpati, jika interaksi ini diteruskan maka muncullah empati dan selebihnya jika terus-terusan interaksi ini dipelihara maka muncullah perasaan yang mendalam, membuai hati, muncullah rasa nyaman jika berdekatan, dan jika salah satunya tidak ada maka rasa kehilangan dan rindu untuk bertemu...dan seterusnya lah syetan membimbingnya agar terus berada dalam jebakannya. Setelah itu maka akal sehatpun nyaris hilang. Perasaan yang berbunga-bunga, berbuih-buih melenakan mereka ...setelahnya wallahualam apa yang akan terjadi.

Faktor psikologis seperti masa dimana seseorang sedang mengalami puber kedua, menjadi pemicu munculnya perselingkuhan, ditambah jika teman di kantor memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pasangan kita di rumah. Kalau bukan karena iman yang membendung dan mengendalikan nafsu maka tak ada jalan bagi hati untuk tertambat di pelabuhan hati sang pengagum. Hal ini tidak saja menimpa segelintir orang tetapi semua orang mengalami ’rasa ini’, kagum pada selain istri/suami.

Allah SWT sudah memperingatkan untuk senantiasa menjaga hijab antara pria dan wanita, bahkan bagi wanita jika ia pergi keluar rumah maka harus seijin suami dan ada seorang muhrim yang menemani, namun dunia saat ini tidak memungkinkan demikian maka hijab hati, jaga pandangan, jaga lisan menjadi sesuatu hal yang teramat penting untuk diperhatiikan oleh para aktifis dan semua orang yang bekerja di luar rumah.

Tip n Trik Mengatasinya

Saat masa dimana perasaan ’itu’ datang maka :

- janganlah mengekspresikan rasa yang muncul itu dengan perasaan dan pemikiran kita, apalagi dengan sikap dan perilaku kita

- sembunyikanlah perasaan tersebut cukup Allahlah yang mengetahuinya, agar tidak mengganggu orang lain dan mempermalukan diri serta keluarga

- berlindunglah kepadaNya jangan sampai tergoda

- berpalinglah pada istri dan suami kita, gaulilah mereka

- kurangi interaksi dengan ’sang pengagum’, jika perlu hindarilah dia

- perbanyak sholat malam dan shaum sunat

- berolahragalah agar energi kita tersalurkan

- buatlah diri kita bener-benar sibuk sehingga perasaan dan pikiran kita tidak tertambat pada sang pengagum

- ingatlah jika hal ini terjadi pada pasangan kita, apa yang kita rasakan

- selalu ingatlah bahwa Allah maha pedih adzabnya

Evaluasi Diri

Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???

Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???

Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah

Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????

Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???

Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???

Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?

Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah

Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka

Dan terakhir...

Harum semerbak bunga melati di taman puri
Dijadikan hiasan mahkota mempelai putri
Tanda/lambang kesucian dan kelembutan hati
Lembutnya hati bila berhiaskan Asma Ilaahi

Lembut tampaknya buih dihempas ombak
Terpukau mata seakan kabut yang berarak
Padahal buih sisa hempasan perasaan riak-riak
Banyak manusia seakan dirinya berakhlaq
Padahal hatinya senantiasa memberontak
Akui berhati lembut, ternyata keras berpijak.

Baru disadari ternyata diri banyak tertipu
Menyangka hati telah lembut
Menyangka diri telah jadi kekasih Allah
Menyangka diri telah berbuat baik
Menyangka dan menyangka
Yang selalu diulang dan menjadi bayangan diri
Bukankah ini khayalan yang pasti?

Kini... terlihat batu telah berada dalam suatu proses
Ternyata batu yang keras bukan saja dapat dipecahkan
Melainkan dapat pula dihaluskan laksana tepung
Ternyata disini pulalah letak ketinggian mutunya karena telah berubah fungsi selaku penghalus dan pengokoh suatu bangunan.

Oh... inikah maksud pelajaran dari melembutnya sebongkah batu
Tertunduk wajah menyimpan rasa malu
Seulas cibiran menukik di diri sambil berkata.....
Batu yang keras saja ternyata sabar memproses diri
Lalu bagaimana diri ini: “HATI” hakikatnya
Telah tercipta dalam kondisi lembut
Tak mampu berproses menuju kelembutan
Mengapa diri tak merasa malu dengan kekerasan hati
Bukannya hati yang mengeras.... tetapi nafsulah yang menjadikan hati tampil mengeras

Sehingga tak mampu hati tersentuh kelembutan Ilaahi
Sehingga tak mampu hati menangkap isyarat berhikmah
Sehingga tak mampu hati bergetar dan menangis,
Bila diingatkan dan disentuh ayat-ayat Al Qur\'an.
Oh alangkah keras dan membatunya hati...

Wahai Allah wahai Rabbi Dzat pendidik kami
Kerasnya hati kami, tak pernah kau membenci
Engkau tersenyum melihat tingkah polah kami
Laksana seorang ibu selalu sabar menjagai
Rahmat terus kau beri agar tersadar diri ini
Sungguh kami adalah hamba yang tak pandai mensyukuri

Wahai Allah wahai Rabbi tempat kami mengadu
Selangkah demi selangkah kami tinggalkan nafsu
Agar mencair hati yang selama ini keras membatu
Baru kami mengerti betapa pemurahnya sifat-Mu
Kami yang selama ini acuh dengan sabar kau tunggu
Oh ternyata kami adalah hamba yang tak mau tahu

Wahai Allah wahai Rabbi sumber segala bahagia
Banyak sudah hidup kami yang tersia-sia
Tanpa kami sadari kelak berakhir petaka
Karena terlena pada keindahan fatamorgana
Mohon kiranya agar waktu yang masih tersisa
Untuk berbakti dan bersyukur selaku hamba.

Dan ini puisi favorite sang pecinta sejati........

Cinta....

Tuhan…….
Saat aku menyukai seseorang teman
Ingatkanlah aku akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama yang tak berakhir

Tuhan….
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukan aku kepada yang rindu cinta sejatiMu

Tuhan….
Jika kembali mencintai seseorang
Teruskan aku dengan orang yang mencintaiMu
Agar bertambah kuat cintaku padaMu

Tuhan….
Ketika aku sedang jatuh cinta
Agar tak melebihi cintaku padaMu

Tuhan....
Ketika aku berucap aku cinta padaMu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya terpaut padaMu
Agar aku tak jatuh cinta
Dalam cinta yang bukan karenaMu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukan apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cinta
Sangatlah berarti

Tapi……..
Dicintai oleh seorang pecintaMu
Adalah segalanya……….

Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Friday, October 26, 2007

AIR MATA

Kadang-kadang aku tak mengerti pada diriku sendiri, di saat moment lebaran sesyahdu ini sulit sekali mataku mengeluarkan air mata, di saat air mata ini tidak diperlukan begitu deras sekali mengalir tak diundang, semula kurencanakan agar air mata ku bisa mengalir tulus saat diperlukan, tetapi ternyata air mata memiliki kehidupannya sendiri, sulit diatur dan sulit untuk dikondisikan.

Seperti biasa di rumah ibu mertuaku, sungkem saat lebaran adalah kebiasaan yang dipelihara dengan baik, dan seperti tahun-tahun sebelumnya aku selalu saja menjadi orang yang terlihat culun, saat orang lain bercucuran air mata secara emosional, aku selalau bingung dengan mataku, mataku tidak terlihat sembab-sembabnya padahala sebenarnya perasaanku terkadang teramat sedih di hari lebaran seperti itu, tapi mata ini selalu tak bias diajak kompromi. Kekuatiranku sebenarnya sangat tidak beralasan aku hanya selalu ketakutan kalau-kalau aku tidak begitu tulus untuk sungkeman dengan orang tua dan sanak famili lainnya, karena ukuran orang yang tulus meminta maaf pada momen seperti ini adalah siapa yang terbanyak mengeluarkan air mata maka ia akan terlihat sebahgai orang yang bersungguh-sungguh tulus menyesali kesalahan dan memaknai lebaran, dan aku bukan termasuk orang yang begitu mudah mengeluarkan air mata.

Terlepas dari penafsiran orang yang berbeda-beda tentang makna air mata tapi demikianlah kenyataannya indicator yang orang tetapkan bagi harga sebuah ketulusan adalah air mata, maka celaka lah orang-orang seperti aku…yang sulit mengeluarkan air mata.

Ketulusan adalah bahasa hati, dan air mata adalah ekspresi nyata dari bahasa tersebut, bisa jadi air mata tidak bisa mewakili sebuah ketulusan, buktinya acting yang diperankan seorang pemain peran merupakan contoh nyata bahwa air mata bukan wakil dari bahasa hati, bisa jadi air mata yang deras tidak memiliki hubungan yang sifnifikan dengan ketulusan karena untuk orang-orang tertentu air mata bisa dikondisikan dan dikendalikan.

Untuk menunjukkan sebuah ketulusan, air mata bisa mengalir deras walaupun sebenarnya tidak mewakili bahasa hatinya hanya sekedar menunjukkan bahwa kita sangat tulus, atau mungkin untuk mengelabui siapapun yang hatinya mudah terenyuh air mata, inilah yang disebut orang air mata buaya dimana air mata bisa menjadi sejenak mengubur kenyataan yang sesungguhnya, menimbulkan rasa iba yang mendalam.

Terlepas jenis air mata apa yang keluar saat sungkeman itu, yang jelas aku masih tetap sulit mengeluarkan air mata, walau hatiku menangis menyesali dosa yang sempat kuperbuat sebelum lebaran. Dosa pada orang tua yang sempat membuatku dongkol, dosa pada suami dan anak-anak, juga dosa pada seseorang yang hatinya terluka karena aku, karena sikapku.

Dia hari yang syahdu ini ingin kusampaikan bahasa hatiku…
Setiap orang dalam hidupku merupakan pantulan tertentu dari diriku
Orang yang aku cintai mencerminkan sisi-sisiku yang penuh cinta
Orang yang tidak aku sukai mencerminkan bagian-bagian diriku yang memerlukan penyembuhan
Setiap pengalaman dalam hidupku merupakan sebuah kesempatan untuk tumbuh, berubah dan sembuh

Aku disini bukan untuk mengendalikan orang lain, Aku disini untuk menymbuhkan hidupku sendiri. Orang-orang datang padaku pada waktu yang tepat, kami berbagi waktu yang memang dikhususkan untuk kami gunakan bersama, dan kemudian pada saat yang tepat, mereka pun pergi, dengan cinta aku melepaskan. Aku melepaskan orang lain untuk mengalami apa yang bermakna bagi mereka, dan aku bebas menciptakan hal yang bermakna bagi diriku sendiri


Wallahua'alam bishowab

Penulis : Rina M. Taufik

Tuesday, September 11, 2007

Berlatih koq tak selesai-selesai…!!!



Ramadhan tinggal menghitung menit, pesan-pesan moral hampir semuanya klise….bulan ramadhan bulan menempa diri, bulan rekonstruksi dan bulan berlatih meningkatkan keimanan, ketakwaan dan kepekaan ruhani. Ungkapan terakhir ini memang klise tapi begitulah yang kita dengar dari tahun ke tahun…

Dalam sebuah pertemuan kecil dengan ananda, malah menjadi bahan renungan bagiku, aku terkejut dan sekaligus merasa bangga dengan pemikiran anakku…

“ Ibu, kenapa orang2 selalu bilang kalo shaum di bulan ramadhan untuk berlatih?”
“Emangnya berlatih apa gitu, Bu?””Ya berlatih keimanan, ketaatan dan kesabaran dalam menahan lapar n haus”
anakku tampak bingung
“ Sampai kapan kita berlatih ketaatan, keimanan dan kesabaran?”
“ Ya selamanya tidak hanya di ramadhan tapi seterusnya kita harus terus berlatih”
Aku merasa puas telah menjelaskan pada anakku, tapi anakku…
“ Tapi sampai kapan berlatihnya, koq tiap tahun berlatih aja…, tahun kemaren pun ibu bilang shaum ramadhan untuk berlatih tahun sekarang pun untuk berlatih, emangnya…orang dewasa kalo berlatih tidak ada selesainya?? Kapan mulainya jadi orang sabar, taqwa dan taat?????? Koq berlatih melulu…. ”
h@...$$hu....%%&@#$%^..................
Nah loh……………………….

Dalam otak anakku seharusnya orang tua seperti kita harus sudah berhenti berlatih…..seharus kita sudah mulai menjadi manusia-manusia yang taat, taqwa dan sabar…, menurutnya mungkin berlatih seperti halnya berlatih sepeda…kalau sudah bisa bersepeda bukan lagi berlatih sepeda tapi….harus sudah pintar bermain bersepeda, malakukan atraksi-atraksi yang lebih menantang.

Tak sepenuhnya salah pemikiran anakku, coba kita renungi kilas balik hidup kita, apa ada peningkatan yang lebih baik dari tahun ke tahun??kalau mengukur sudah berapa ayat Al Qur’an yang sudah kita hafal sangatlah mudah mengukurnya, tetapi coba ukurlah sudah sesabar apa kita menghadapi cobaan hidup???? Sudah sebaik apa lisan kita untuk tidak menyakiti orang??? Sudah setangguh apa mental kita dihadapkan dengan kesulitan??? Sudah sesiap apa kita untuk bisa dikritik orang lain???...sulit bukan mengukurnya?…kalau kita jujur pada diri sendiri.

Dalam psikometrika, perlu waktu yang sangat panjang untuk memiliki alat ukur yang tepat, akurat ajeg (reliabel dan valid) sehingga dapat mengukur seberapa baik kinerja seseorang, seberapa tinggi motivasi seseorang, mengukur seberapa komit seseorang dengan organisasi…. tapi sebenarnya jauh lebih sulit jika alat ukur itu digunakan diri kita sendiri. Mengukur, menilai orang lain sangatlah mudah walaupun beberapa teori menyebutkan harus menempuh alur dan prosedur yang panjang untuk mengembangkan instrumennya, tetapi lebih sukar jika dibandingkan kita sendiri yang harus mengukur dan menilai diri.

Seperti halnya penonton bola, jauh lebih ‘pandai’jika dibandingkan pemainnya (maksudnya lebih pandai dalam berkomentar he…he…), kita mukmin bukanlah penonton bola tetapi kita semua adalah pemain yang menghantarkan ‘bola’ risalah sampai pada goal.

Maka teruslah berlatih…………….Berlatih menempa ruhani agar lebih siap menghadapi tantangan baru, menciptakan atraksi-atraksi baru bukan tantangan dan atraksi-atraksi lama yang dari tahun ke tahun itu-itu saja…

Jadilah para pemain bola yang handal dan tangguh tidak mudah menyerah untuk terus berlari…berlari..mengejar bola di lapangan sebenarnya…dan meng-up grade diri di bulan ramadhan untuk tampil lebih prima di lapangan yang sebenarnya…yang lebih menantang




Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Friday, June 01, 2007

Otak Manakah Yang Sedang Anda Pakai....???

Dr Paul Maclean, menyebutkan kalau manusia memiliki tiga bagian otak yang ia sebut sebagai ‘Otak triune’yang terdiri dari

  1. Batang atau otak reptil
  2. Sistem limbik atau otak mamalia
  3. Neokorteks.


Masing-masing bagian mempunyai struktur syaraf tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan. Fungsi pada otak reptil ini (batang) berkaitan dengan insting mempertahankan diri, fungsi motor sensorik, dorongan biologis seperti bereaksi saat lapar, haus dan seks. Ketika sitruasi tidak aman dan mengancam maka ia akan melarikan diri dari bahaya. Ia tidak dapat berpikirpada tingkat yang lebih tinggi

Seperti halnya bangsa reptil, manusia yang didominasi otak reptil ini, ia berperilaku seperti reptilia ,ia akan melakukan apa saja saat lapar, apapun akan dilakukannya demi terpenuhinya rasa lapar tersebut. Begitupun saat dorongan seksual menimpanya,ia pun akan melakukan apa saja agar kebutuhan seksnya terpenuhi, tidak berpikir panjang lagi dengan cara apapun dan dengan siapapun, Saat bahaya datang maka bangsa reptilalkan serta merta berlari atau berhadapan untuk membela/mempertahankan diri Sebagai contoh perilaku pada cecak ketika kita iseng menjepret seekor cecak yang sedang kawin,maka tanpa berpikir panjang ia akan lari terbirit dengan meninggalkan sang betinanya yang barusan sedang ’dikawinin’ (maaf...)

Otak mamalia (sistem limbik) terletak di bagian tengah otak kita, ia berkaitan dengan semua yang dimiliki mamalia. Ia bersifat emosional dan kognitif, yaitu menyimpan perasaan,pengalaman dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengendalikan bioritme seperti pola tidur, lapar,haus, tekanan darah, detakjantung,gairah sekssual, temperatur,metabolisme dan sistem kekebalan.

Berbeda dengan reptilia, manusia yang otak mamalianya lebih dominan ia akan berperilaku lebih baik dari bangsa reptil karena ia memiliki perasaan/ emosional serta kemampuan untuk mengendalikannya. Seperti bangsa mamalia ia memliki perasaan yang halus terhadap anaknya dan terhadap situasi yang mengancam ia akan melindungi anaknya agar terhindar dari bahaya, mencarikannya makan, minum dan lain-lain.Ia pun akan belajar dari pengalamannya untuk memperbaharui perilakunya.

Neokorteks ini terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi-sisi sistem limbik yang membentuk 80% dari seluruh materi otak. Bagian otak ini tempat bersemayamnya kecerdasan kita seperti berpikir intelektual, penalaran, bahasa dan kecerdasan lainnya. Dengan adanya neokorteks inilah maka manusia memiliki kelebihan dibandingkan binatang,ia menjadi spesies yang sempurna dan unik dibandingkan mahluk lainnya, namun jika neokorteks ini lebih mendominasi manusia maka kecenderungannya manusia akan selalu menomorsatukan nalarnya denganmengesampingkan perasaan/ emosionalnya

Manusia yang sebaik-baiknya manusia yang memiliki keseimbangan ketiganya tidak satupun yang, mendominasi dengan bimbingan wahyu manusia akan mampu memberdayakan semua fungsi otak ini sehingga cara berpikir dan perilakunya selaras, seimbang, sempurna menjadi al ihsan

Jadi jika saja adsa orang yang bewrpikir hanya untuk sdirinya sensdiri tanpa memikirkan orang lain, yang penting ia kenyang....maka ia tidak jauh beda dengan bangsa reptil...bahkan lebih hina daripada itu... Allah menyebutnya dalam QS 7 : 179

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Ayo...manakah yang mendominasi anda....???? otak reptilkah?? mamalia, neokorteks atau ketiganya...??????


Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Friday, May 25, 2007

Pedagang VCD 'Biru'

Selangkah demi selangkah tapak kaki menandai jalan yang dilalui seakan memberi tanda pada setiap langkah kaki yang dipijak, deru bis antar kota, metromini, mobil aneka jenis, sepeda motor menambah bising dan penatnya suasana jalan raya seputar UKI-Cawang, tepatnya di bagian jalan dimana bis antar kota tertambat dan ‘ngetem’. Setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing tak terkecuali pedagang asongan yang berlarian memburu bis yang merayap rapat, mereka sudah sangat akrab dengan laju bis yang seakan tak mempedulikan para pemburu rejeki itu.

Lain pedagang asongan lain pula penjaja barang ‘haram’ di sepanjang jalan berpagarkan teralis besi setinggi 2 meter itu, mereka tidak berlarian tetapi diam berdiri menanti para pembeli yang tergoda bujuk rayu gambar ‘hewan’ telanjang. Dengan usaha berbagai cara pedagang menawarkan jualannya mulai dengan cara berpura-pura memanggil-manggil seseorang ...Bu...Bu...,Pa...Pa....,Neng...Neng, atau melambai-lambaikan tangannya pada setiap orang yang kebetulan lewat dengan harapan agar orang-orang tersebut melirik dagangannya dan berharap dapat langsung bertransaksi tanpa ba bi bu be bo....
Reaksi orang-orang pun bermacam-macam, ada yang bergidig ngeri, ada yang tertarik menghampiri, ada juga yang malu-malu tapi penasaran dengan ujung matanya melirik deretan VCD ‘biru’ tersebut.

Orang-orang yang kebetulan menghampiri tidak hanya orang-orang biasa tetapi juga polisi yang bertugas di jalan tersebut pun ikut menghampiri para pedagang itu (pedagangnya bukan hanya satu, tapi 5-8 pedagang berjejer di situ), yang lebih mengerikan ketika ada anak-anak yang dibawa oleh ibunya dan kebetulan menunggu di sepanjang jalan dekat pagar tersebut, bisa dibayangkan kan....???berapa ratus anak setiap harinya yang melihat pemandangan haram tersebut? kebetulan di samping pagar itulah tempat dimana para calon penumpang bis antar kota berdiri menunggu, apa nanti tanggapan anak-anak mengenai hal tersebut....? yang sudah barang tentu pemandangan tersebut terrekam dalam benak anak....akan seperti apa nanti masa depan mereka jika sejak kecil sudah mengetahui dan penasaran dengan adegan-adegan ’gituan’, yang ini baru di satu titik lokasi di Jakarta, tentu hal ini tidak hanya di kawasan tersebut, aku yakin di setiap terminal, pinggir jalan raya banyak sekali pedagang yang menjual VCD-VCD blue, dan bukan hanya di Jakarta.

Setiap kali melihat pemandangan tersebut berat sekali rasanya napas ini, walau belakangan sudah nampak biasa karena hampir dua hari sekali aku melewati jalan tersebut tetapi hati nurani ini selalu menjerit jika melihat dan melihatnya lagi, sakit rasanya. Perasaan dongkol terhadap pedagang, polisi dan petugas kantib selalu saja memenuhi perasaanku, tapi benar-benar aku secara pribadi tidak berdaya menyikapinya.

Sadarlah wahai pedagang...masih banyak barang halal yang bisa dijual.....Pak Polisi dan petugas keamanan....aku tahu tugasmu banyak tapi kalau bapak-bapak memiliki program yang jelas dan konsisten dalam memberantas miras, prostitusi dan penjualan VCD porno tentunya kejadian-kejadian tersebut tidak akan pernah ada.

Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Sunday, January 14, 2007

KEBETULAN Vs KEPASTIAN

Dalam konteks ini ‘kebetulan’ adalah perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja, sedangkan ‘kepastian’ adalah segala sesuatu yang dengan sadar dilakukan dan pasti benarnya. Kita kadang selalu ragu dengan sesuatu yang menimpa diri kita atau yang lainnya. Kita sering menyalahkan keadaan saat kita kepepet dan kecewa dengan kondisi yang sedang kita hadapi. Sebagai contoh saat musibah menimpa diri maka kita akan katakan “ Andai saja aku tidak melakukan ini dan melakukan itu, tentu semua ini tidak akan terjadi” atau bahkan saat kita mendapat kesenangan kita dengan taqabur berkata
“ Untung saja aku cepat bertindak” atau “ Untung saja ada aku, kalau tidak kita tidak akan selamat”.
Kita lupa bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendakNya, kepastianNya bukan atas terjadi karena kebetulan. Naif sekali jika kita mengatakan ‘kebetulan kita selamat’ seakan telah melupakan allah yang maha tahu atas segala sesuatu.

Kalau orang buta disuruh memilih satu bola hitam diantara dua bola, maka yang diambilnya ada dua kemungkinan ambil bola yang benar atau ambil bola yang lainnya, jadi nilai kebetulannya adalah fifty-fifty. Lain halnya jika kepadanya diberikan 100 atau 1000 bola, maka nilai kebetulan si Buta mengambil bola yang benar adalah 0,01 atau jika bolanya 1000 maka nilai kebetulannya 0,001. Jika saja si Buta itu mengambil bola yang benar (bola hitam) dari 1000 atau dengan pilihan yang jauh lebih banyak dari itu tetapi ia benar-benar mengambil bola yang tepat MAKA dapat dipastikan bahwa si buta itu bukan orang yang buta ia pasti orang yang mampu melihat dengan jelas karena ia dengan tepat mampu mengambil bola yang benar karena nilai kebenaran yang diampu oleh si buta adalah 0,9999 alias 99,99 %.

Dari iliustrasi tersebut dapat kita simpulkan bahwa ‘kebetulan’ hanya bisa terjadi kalau jumlah obyek sedikit jika jumlah obyek banyak maka nilai kebetulan semakin kecil. Begitu pun alam semesta ini yang begitu luas dengan obyek yang tak terhitung jumlahnya diciptakan bukan secara kebetulan terjadi, karena nilai kebetulan dari semua obyek alam semesta yang tak terhingga maka nilai kebetulan 1/∞ sama dengan 0, jika nilai kebetulan 0 maka nilai kepastian sangat dapat dipastikan 1 artinya nilai kepastian 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa semua fenomena yang terjadi pada diri kita atau pada dunia ini bukan terjadi karena kebetulan tapi semuanya terjadi karena kepastian dari sang Maha Pengatur yang hebat, begitupun dengan jatuhnya daun dari pohonnya semua atas kehendakNya buka karena kebetulan terjadi seperti dikutip dalam QS.Al An’am : 59

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)”




Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik